MAJENE- Gedebog alias batang pisang dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak karena mengandung nilai gizi yang baik, seperti unsur hara kering, serat kasar, abu, lemak kasar, protein kasar, dan ekstrak tanpa nitrogen.
Selain itu, Gedebog memiliki banyak manfaat lain diantara untuk kesehatan, bahan makanan dan bahan bangunan.
Amerika, batang pohon pisang itu dipotong-potong hingga kecil, kemudian dikemas dalam wrapped plastik dan dijajahkan di supermarket. Dijual dengan harga yang sangat fantastis bahkan melebihi harga buah pisang itu sendiri.
Gedebog pisang atau pelepah pisang banyak kita jumpai diman-mana dan sering terabaikan, dibuang begitu saja, tanpa menyangka bahwa ternyata berharga tinggi di belahan dunia yang lain karena banyak manfaat dan khasiatnya. Sebagai obat ramuan hingga makanan yang lezat.
Jus batang pohon pisang dapat membantu mengeluarkan racun dari dalam tubuh dan bahan alami ini sangat efektif untuk membersihkan sistem pencernaan yang menyebabkan penyakit. Sebab jus batang pohon pisang ini membantu memperlancar buang air besar (BAB) dan mengandung serat baik untuk usus manusia.
Jus batang pohon pisang akan lebih berkhasiat lagi jika dicampur dengan kapulaga, gunanya untuk melemaskan kandung kemih dan mencegah penyakit batu ginjal.
Sementara Pj. Gubernur Sulbar juga canankan tanaman pisang sebagai komoditas unggulan dan memiliki peluang market cukup besar.
Berbeda dengan masyarakat Lutang, Kelurahan Tande Timur, Kecamatan Banggae Timur, Kabupaten Majene, Sulawesi Barat, melakukan aksi unik untuk menyuarakan keluhan mereka terhadap jalan rusak yang tak kunjung diperbaiki.
Sebagai bentuk protes, mereka menanam pohon pisang di tengah jalan berlubang, tepat di jalur yang sering dilalui masyarakat.
Aksi ini dilakukan lantaran kondisi jalan yang semakin memburuk seiring berjalannya waktu.
Menurut warga setempat, jalan tersebut sudah rusak selama bertahun-tahun, namun hingga kini belum ada tanda-tanda perbaikan dari pihak pemerintah daerah.
Salah Satu Warga Sekitar, Samsuddin Rahman, menyatakan bahwa tindakan tersebut merupakan simbol kekecewaan masyarakat terhadap pemerintah yang dianggap kurang peduli terhadap infrastruktur di wilayah mereka.
Ia menyebut jalan itu memiliki peran penting bagi aktivitas masyarakat sehari-hari.
“Jalan ini bukan hanya dilalui warga sekitar, tapi juga mahasiswa Universitas Sulawesi Barat (Unsulbar) yang menuju kampus mereka di Lingkungan Talumung. Apalagi, jalan ini berada di samping gedung rektorat Unsulbar yang menjadi ikon Kota Majene sebagai kota pendidikan,” ujar Samsuddin kepada sejumlah awak media, Jumat, 24 Januari 2025.
Samsuddin menjelaskan bahwa warga berharap aksi ini dapat menarik perhatian pemerintah daerah untuk segera mengambil langkah nyata.
Kondisi jalan yang rusak parah tidak hanya mengganggu kelancaran lalu lintas, tetapi juga membahayakan keselamatan pengguna jalan.
Lubang besar yang menghiasi permukaan jalan sering kali menjadi penyebab kecelakaan, terutama saat malam hari atau ketika hujan turun.
Jalan yang rusak di kawasan Kelurahan Tande Timur ini memiliki arti strategis, mengingat posisinya yang berada di pusat kegiatan pendidikan.
Unsulbar sebagai salah satu universitas ternama di Sulawesi Barat telah menjadi magnet bagi ribuan mahasiswa dari berbagai daerah.
Sayangnya, infrastruktur di sekitar kampus tidak mencerminkan status Majene sebagai kota pendidikan.
Warga menilai bahwa pemerintah daerah seharusnya lebih peka terhadap kondisi ini.
“Bagaimana mungkin Majene ingin dikenal sebagai kota pendidikan, sementara jalan menuju salah satu universitas kebanggaan daerah justru dibiarkan rusak bertahun-tahun” keluh Samsuddin.
Menurut Samsuddin, aksi ini dilakukan dengan damai dan bertujuan untuk mengingatkan bahwa perbaikan infrastruktur merupakan kebutuhan mendesak yang tidak boleh diabaikan.
Masyarakat berharap bahwa aksi ini dapat menjadi perhatian serius bagi Pemerintah Kabupaten Majene.
Mereka menuntut adanya langkah konkret untuk memperbaiki jalan rusak yang telah lama menjadi momok bagi aktivitas warga.
“Saya berharap pemerintah segera turun tangan. Jangan sampai kami harus melakukan aksi lebih besar hanya untuk sekadar didengar,” tegas Samsuddin.
Hingga berita ini diturunkan, belum ada tanggapan resmi dari pihak pemerintah daerah terkait protes warga Lingkungan Lutang.
Namun, aksi unik warga ini telah berhasil menarik perhatian banyak pihak dan menjadi pembicaraan hangat di kalangan masyarakat Majene.
Dengan harapan yang besar, warga Lutang kini menunggu respons nyata dari pemerintah.
Mereka percaya bahwa infrastruktur yang baik adalah kunci utama untuk mendukung kegiatan masyarakat, terutama di kota yang mengusung identitas sebagai pusat pendidikan. (rls/as)