MAJENE — Pemerintah Kabupaten Majene melalui Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga terus memperkuat komitmen dalam membangun dunia pendidikan yang berkualitas. Salah satu bentuk nyata dari komitmen tersebut adalah pelaksanaan rehabilitasi sedang/berat ruang perpustakaan SD Negeri 21 Totolisi, yang berlokasi di Desa Pundau, Kecamatan Sendana, Kabupaten Majene, Provinsi Sulawesi Barat.
Sekolah ini berdiri sejak tahun 1980 dan telah lama menjadi bagian penting dalam perjalanan pendidikan dasar di wilayah pesisir barat Kabupaten Majene. Dengan luas lahan 854 meter persegi, SD Negeri 21 Totolisi (dahulu disebut SD Negeri No. 29 Totolisi) terus berbenah untuk menyediakan lingkungan belajar yang aman, nyaman, dan modern bagi para siswa.
Sebagai lembaga pendidikan dengan sistem pembelajaran pagi selama enam hari seminggu, SDN 21 Totolisi menerapkan kurikulum berbasis Standar Nasional Pendidikan (SNP) yang menitikberatkan pada pengembangan potensi siswa secara menyeluruh, baik dari sisi akademik, karakter, maupun keterampilan sosial.
Sekolah ini juga telah terakreditasi “B”, menunjukkan bahwa mutu pendidikan, manajemen sekolah, serta infrastruktur pendukungnya memenuhi standar nasional. Akses terhadap listrik dari PLN dan jaringan internet pun membuat kegiatan belajar mengajar semakin mudah dan efisien, terutama dalam menghadapi tantangan pendidikan berbasis digital.
Namun, kondisi ruang perpustakaan sekolah selama beberapa tahun terakhir mulai mengalami penurunan kualitas. Atap yang bocor, plafon rusak, serta kondisi lantai yang tidak lagi layak menjadi alasan utama pemerintah daerah mengalokasikan anggaran untuk rehabilitasi sedang/berat ruang perpustakaan tersebut.
Melalui Program Pengelolaan Pendidikan, dengan kegiatan Pengelolaan Pendidikan Sekolah Dasar dan sub-kegiatan Rehabilitasi Sedang/Berat Ruang Perpustakaan, pemerintah daerah menetapkan pagu dan HPS sebesar Rp 58.473.360,- (Lima Puluh Delapan Juta Empat Ratus Tujuh Puluh Tiga Ribu Tiga Ratus Enam Puluh Rupiah).
Ruang lingkup pekerjaan meliputi beberapa tahapan utama, yakni pekerjaan persiapan, pekerjaan penggantung, pekerjaan atap/kap, pekerjaan plafon, pekerjaan lantai dan keramik, serta pekerjaan pengecatan. Tahapan-tahapan tersebut dirancang untuk memastikan bangunan perpustakaan kembali berfungsi optimal dan nyaman digunakan siswa.
Kepala SDN 21 Totolisi menyampaikan apresiasinya terhadap langkah Pemerintah Kabupaten Majene. Ia mengatakan, perpustakaan merupakan “jantung” sekolah yang berperan besar dalam membentuk kebiasaan membaca dan semangat belajar siswa. “Kami sangat bersyukur karena pemerintah peduli terhadap kondisi perpustakaan kami. Rehabilitasi ini bukan hanya memperbaiki gedung, tetapi juga membangun kembali semangat literasi anak-anak,” ujarnya.
Lebih lanjut, ia menambahkan bahwa kondisi perpustakaan yang baik dapat menjadi magnet bagi siswa untuk menghabiskan waktu dengan kegiatan positif. “Selama ini, banyak siswa yang senang membaca, tetapi ruangannya kurang nyaman. Kami yakin setelah diperbaiki, perpustakaan ini akan menjadi tempat favorit mereka,” katanya, Senin 27 Oktober 2025.
Langkah rehabilitasi ini juga sejalan dengan Gerakan Literasi Sekolah (GLS) yang digagas oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Dalam kebijakan tersebut, perpustakaan berfungsi sebagai pusat literasi yang tidak hanya menyediakan buku, tetapi juga menjadi tempat tumbuhnya budaya berpikir kritis, kreatif, dan mandiri di kalangan siswa.
Dari sisi regulasi, proyek rehabilitasi ini berlandaskan pada Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang mengamanatkan bahwa setiap peserta didik berhak memperoleh sarana pendidikan yang layak. Selain itu, Permendikbud Nomor 24 Tahun 2007 juga menegaskan pentingnya keberadaan perpustakaan yang memadai sebagai bagian dari standar sarana dan prasarana sekolah dasar.
Pemerintah Kabupaten Majene memastikan bahwa seluruh proses pelaksanaan pekerjaan dilaksanakan secara transparan dan akuntabel, mengacu pada Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2021 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Proses pengawasan dilakukan oleh Dinas Pendidikan, Inspektorat Daerah, serta masyarakat setempat untuk menjamin kualitas hasil pekerjaan.
Masyarakat dan orang tua siswa menyambut positif langkah ini. Salah satu tokoh masyarakat Desa Pundau mengatakan bahwa keberadaan perpustakaan yang baik akan memberikan dampak jangka panjang terhadap kualitas pendidikan anak-anak di daerah tersebut. “Kalau anak-anak terbiasa membaca sejak dini, mereka akan tumbuh menjadi generasi yang cerdas dan berpikiran terbuka,” ujarnya.
Selain manfaat akademik, rehabilitasi ini juga berdampak pada aspek sosial. Lingkungan sekolah yang bersih, tertata, dan nyaman akan membentuk karakter siswa untuk mencintai literasi, menjaga fasilitas umum, dan menghargai proses belajar. Semua itu adalah bagian dari misi Majene sebagai ‘Kabupaten Pendidikan’ yang terus berupaya menjadikan sekolah-sekolahnya sebagai pusat pembentukan karakter bangsa.
Dengan selesainya rehabilitasi ini nantinya, SDN 21 Totolisi diharapkan tidak hanya memiliki perpustakaan yang megah, tetapi juga menjadi pusat literasi bagi anak-anak di wilayah pesisir Sendana. Melalui sentuhan kecil berupa perbaikan ruang baca, pemerintah Majene sedang menanam benih besar bagi masa depan generasi cerdas, berakhlak, dan cinta ilmu pengetahuan.












