MAMUJU – Wakil Gubernur Sulawesi Barat Salim S Mengga memastikan pemerintah akan menggenjot produktivitas pertanian lewat perbaikan irigasi dan pencetakan sawah.
Hal ini ia sampaikan saat menghadiri pesta panen padi di Desa Beru-beru, Kecamatan Kalukku, Kabupaten Mamuju, Rabu 9 Juli 2025.
“Kita di Mamuju ini banyak yang tadah hujan. Ada pengairan, tetapi tidak berfungsi secara maksimal seperti di Tommo dan beberapa tempat,” ujar pasangan Gubernur Sulbar Suhardi Duka (SDK) ini.
Salim bilang hasil panen tahun ini cukup berhasil. Tapi menurutnya, masih perlu ditingkatkan agar bisa menyamai Jawa Tengah dan Jawa Barat yang bisa panen antara 7,5 hingga 9 ton per hektare.
Ia menyebut produktivitas di dua daerah itu bisa tinggi karena berbagai faktor pendukung seperti tenaga kerja yang profesional, penggunaan bibit unggul, ketersediaan pupuk, dan pengairan teknis yang baik.
Kedepan, kata Salim, semua faktor itu akan dibenahi di Sulbar. Tapi ia menilai pengairan adalah hal paling mendesak dan harus dikerjakan lebih dulu.
Karena itu, Salim memerintahkan Dinas Pertanian menginventarisasi bangunan dan sumber air yang bisa dioptimalkan.
Pemprov Sulbar juga akan mendorong hal tersebut ke pusat agar program pengairan bisa didukung.
“Kalau kita ingin menjadi daerah yang swasembada pangan, pengairan harus jadi prioritas,” ucapnya.
Salim S Mengga juga mengingatkan soal potensi krisis pangan global yang diperkirakan terjadi pada 2054.
Ia mengatakan, negara-negara di sekitar khatulistiwa akan menjadi rebutan karena masih memiliki potensi pertanian.
Karena itu, ia meminta agar pemerintah kabupaten, desa, serta dinas pertanian dan perkebunan benar-benar memperhatikan nasib petani.
Selain soal pengairan, Salim menilai pembatasan terhadap ekspansi perkebunan sawit juga perlu dilakukan. Menurutnya, lahan sebaiknya mulai dialihkan untuk pencetakan sawah demi memperkuat ketahanan pangan.
“Kita prioritaskan pencetakan sawah ke depan,” katanya.
Langkah ini, kata dia, juga penting untuk menyelesaikan persoalan agraria yang selama ini terus terjadi di berbagai wilayah Sulbar.
“Karena selama ini begitu saya masuk ke Mamuju atau Sulawesi Barat, konflik agraria terjadi di mana-mana. Terutama masyarakat dengan perkebunan,” ujar Salim. (rls/as)