Oleh: Akbar Sodara
Opini: Kisah inspiratif datang dari seorang pengayuh becak menolak dibayar Adi Ahsan saat sempat dimuat menuju kediaman pak Kalma Katta.
Saat itu, disebuah pagi Adi Ahsan ingin menuju kediaman pak Kalma Katta dan berfikir ingin menumpangi sebuah becak.
Tiba- tiba seorang pengayuh becak melintas dihalaman rumah Adi ahsan dan langsung saja ditahan untuk ditumpangi menuju rumah pak Kalma Katta.
Dalam perjalan menuju kediaman pak Kalma Katta, tukang becak itu ditanyai pak Adi Ahsan. Inai nipilih Bupati Pak, jawabnya: AMANAH.
Adi Ahsan lagi bertanya, Inai dio AMANAH pak? pak Aris anakna pak Kalma Katta.
Lalu, Adi Ahsan lagi bertanya, Inai Wakilna Aris pak, jawabnya To’ Sementara Ururang.
Pak Adi Ahsan sendiri tidak dapat mengenali bapak pengayuh becak itu, lantaran menggunakan penutup wajah (masker).
Namun, sebelum tiba dikediaman pak Kalma Katta. Adi Ahsan kembali bertanya, To Inna Tau Pak. Jawabnya, To Copala Iyau.
Setelah tiba, pak Adi Ahsan langsung masuk ke rumah Kalma Katta dan bapak pengayuh becak tersebut diminta menunggu sebentar.
Ehhh, sontak pengayuh becak pun langsung jalan/pergi tanpa mengiraukan bayaran pak Adi Ahsan. Padahal, ada ibu – ibu sempat menahan tapi tetap tak peduli.
Penasaran, pak Adi Ahsan langsung meminta pak Muin untuk mencari pengayuh becak katanya tinggal dicopala.
Tanpa banyak tanya. Pak Muin pun langsung mencari dan menanyakan pengayuh becak itu.
Kata Muin, sejak pagi kami mencari hingga berhasil ditemukan kediaman bapak pengayuh becak menolak terima bayaran malam tadi.
Setelah, didapatkan pak Muin bersama kawannya mendatangi kediaman bapak pengayuh becak itu dan bertanya sehingga menolak dibayar.
Kata bapaknya. Saya menolak dibayar, karena saya muat pak Adi Ahsan.
Melihat, komentar pak Adi Ahsan saat dimuat dihalaman fb pak Muin.
“Masa napelei ruranganna, padahal ndappai disewa. Hehehe, InsyaAllah kami mau berkunjung di kediamannya. Beliau luar biasa”.
Seorang pengayuh becak bernama Uppi / Jufri tinggal di lingkungan copala menolak bayaran pak Adi Ahsan. (as)