Kamala Harris adalah Wakil Presiden perempuan Amerika yang pertama. Ia menegaskan demokrasi harus menjamin setiap warganya, terlepas dari gender, harus memiliki suara yang setara.
Harris menganggap status demokrasi bermuara pada pemberdayaan perempuan. Tidak hanya karena pengucilan perempuan dalam pengambilan keputusan merupakan ciri dari sebuah demokrasi rancu.
Tapi, dengan penyertaan perempuan merupakan ciri memperkuat demokrasi. Itu dikatakan melalui pesan video dalam konfrensi perempuan, Commission on the Status of Women ke-65, yang digelar oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Lalu Kenapa Kamala Harris Kalah?
Pilpres Amerika lalu Kamala Harris menjadi rival Trump dan menjadi perempuan pertama teriakan demokrasi. Namun, issue inflasi lebih diterima ketimbang demokrasi.
Walakin, hasilnya Kamala Harris kalah dan Trump kembali memimpin Amerika sikap Harris dalam wujudkan demokrasi tak berhenti.
Bahkan, usai kalahnya Harris sejumlah satire bermunculan Pilpres Amerika “Nasi Lebih Baik Dari Demokrasi”.
Berbeda dengan Indonesia!
Indonesia dalam bingkai demokrasi menemui jalan buntuh akibat transaksional marak dalam tiap kontestasi pemililhan. Bahkan, Presiden Prabowo Subianto ikut berkomentar dengan keluarkan wacana menata sistem pemilihan. Apakah, tetap langsung atau tidak langsung.
Wacana Presiden Prabowo sebagian parpol ikut berkomentar mendukung wacana itu. Tidak seperti, PDIP dan sejumlah praktisi ikut memberikan tanggapan penolakan.
Apakah kita akan kembali di era orde baru atau langkah seperti apa kemudian akan diambil nantinya. Mari kita tunggu bersama dan siapa akan menjaga demokrasi?