Majene,TelukMandar.com- Seorang pelajar siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 3 Kabupaten Majene Provinsi Sulbar, mengalami tindakan diskriminatif dan berujung pada pembunuhan karakter dari gurunya sendiri, Selasa 6 Agustus 2024.
Pasalnya, seorang siswa berinisial G ditunjuk sebagai peserta tari mewakili sekolahnya pada lomba agustusan nanti.
Namun, setelah mengikuti latihan berhari-hari secara tiba-tiba dikeluarkan tanpa alasan jelas oleh gurunya sendiri inisial H.
Pihaknya katakan, sejak kami mengikuti seleksi mulai tahap pertama dan kedua saya dinyatakan lulus. Untuk seleksi pertama belasan orang mengikuti dan dinyatakan 7 orang lolos temasuk saya.
Setelah masuk dalam tahap seleksi kedua lalu dinyatakan lagi 4 orang lolos 3 cadangan untuk mewakili sekolahnya pada lomba agustusan nanti.
“Tetapi tiba-tiba saya dikeluarkan tanpa alasan jelas. Sementara yang menggantikan saya orang justru jatuh diseleksi pertama,” ungkap keterangan siswa inisial G.
Ia pun jelaskan, justru lebih anehnya lagi setelah seleksi kedua dinyatakan lolos 4 orang dan 3cadangan. Dua orang dikeluarkan dan 2 orang cadangan dimasukkan serta dua orang lainnya tak pernah hadir latihan seleksi.
“Jadi jumlah penari ada 6 orang sebelumnya 4 orang dan 3 cadangan. Justru yang dua orang diloloskan tidak pernah hadir latihan pada seleksi kemarin,” jelasnya.
Setelah orang tua siswa memviralkan, guru yang telah mengeluarkan anaknya secara spontan menghubunginya. Padahal, sebelumnya telvon dan chat tidak direspon oleh guru tersebut.
Menurut orang tua siswa, kejadian ini cukup menjadi pelajaran bagi para guru-guru sekolah diKabupaten Majene.
Jadi bukan justru semata-mata orang tua siswa ingin melihat anaknya tampil dalam pentas manapun. Hanya saja, para guru harus lebih profesional kedepan.
“Jangan mengikutkan siswa dalam event manapun kalau ujung-ujungan dinyatakan lolos justru keluarkan dengan alasan tak jelas,” urainya.
Lebih lanjut, tindakan ini merupakan perbuatan diskmininatif dan berujung pada pengrusakan mental anak-anak yang justru dilakukan gurunya sendiri.
Kini anak itu, tak ingin lagi mengikuti lomba agustusan sebagai perwakilan di sekolahnya walaupun guru tersebut sudah mengajaknya untuk kembali.
Kami telah mencoba menghubungi guru tersebut untuk dimintai klarifikasi mengenai kejadian yang dialami siswanya sendiri. Namun, belum dapat tersambung.
Hingga pemberitaan dimuat, kami masih terus menunggu jawaban klarifikasi dari pihak bersangkutan. (as)