Mamuju – Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Sulawesi Barat, Junda Maulana, menjadi narasumber dalam kegiatan Latihan Dasar (LATSAR) Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) Pemerintah Kabupaten Mamuju Tengah yang digelar secara virtual, Selasa, 25 November 2025.
Dalam ceramahnya, ia menekankan pentingnya core values ASN dan profesionalisme sebagai bekal utama bagi para peserta sebelum resmi menyandang status sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN).
Hal ini juga sejalan dengan misi kelima Gubernur Sulbar, Suhardi Duka dan Wakilnya Salim S Mengga dalam memperkuat tata kelola pemerintahan yang baik dan akuntabel serta mewujudkan pelayanan dasar berkualitas.
Di hadapan para peserta, Junda Maulana mengingatkan bahwa mereka adalah orang-orang terpilih dari ribuan pendaftar, sehingga LATSAR tidak boleh dianggap sebagai kegiatan formalitas semata, melainkan sebagai tahapan penting untuk membentuk karakter, pola pikir, dan tanggung jawab seorang ASN.
“Kalian ini sudah selangkah lebih maju. Tapi jangan anggap LATSAR ini hanya formalitas. Ini adalah bagian dari proses pembentukan saudara menjadi ASN yang profesional dan berintegritas,” tegas Junda.
Ia kemudian menggambarkan berbagai contoh perilaku yang sering disalahartikan sebagai profesional, seperti berpakaian rapi, memiliki gadget terbaru, atau jenjang pendidikan tinggi. Menurutnya, hal-hal tersebut bukan ukuran utama profesionalisme ASN.
“Profesional itu tidak diukur dari dasi, HP mahal, atau gelar tinggi. Tapi dari cara kita melayani masyarakat dengan jujur, bertanggung jawab, dan sepenuh hati,” jelasnya.
Junda juga menyoroti realitas di lapangan, seperti kantor pelayanan yang belum buka saat jam kerja, adanya praktik pungutan liar, hingga pelayanan yang dipersulit tanpa standar yang jelas. Semua itu, kata dia, adalah contoh nyata pelayanan publik yang tidak profesional.
Dalam paparannya, ia menegaskan bahwa ASN harus memiliki tiga bekal utama, yakni: Kemampuan bekerja secara baik dan profesional, menguasai teknologi informasi (IT), memiliki kemampuan komunikasi, dan termasuk bahasa asing.
“Kalau seorang ASN tidak memiliki tiga hal ini, maka belum bisa dikatakan profesional,” ujarnya.
Ia juga memberikan peringatan keras agar para CPNS tidak berpikir bahwa menjadi ASN berarti “aman sampai pensiun” dan bebas bekerja semaunya.
“Jangan berpikir karena sudah ASN lalu bisa santai. Kita digaji oleh rakyat, artinya kita adalah pelayan rakyat,” tegasnya.
Lebih jauh, Junda Maulana mengajak para peserta LATSAR untuk menanamkan visi karier dan mindset berkembang, seperti bercita-cita menjadi pemimpin birokrasi di masa depan, baik itu kepala dinas, kepala sekolah, bahkan Sekda atau kepala daerah.
Menurut Junda, profesionalisme ASN dibentuk oleh beberapa dimensi utama, antara lain: Kualifikasi (pendidikan dan pengalaman kerja), kompetensi (kemampuan menjalankan tugas), kinerja yang dirasakan masyarakat, sikap dan perilaku, terutama kejujuran dan integritas, serta dedikasi dan kemampuan bekerja sama.
Ia kemudian mengupas secara khusus nilai utama ASN yang dikenal dengan core values “BERAKHLAK”, yakni: Berorientasi Pelayanan, akuntabel, kompeten, harmonis, loyal, adaptif dan Kolaboratif.
Menurutnya, nilai-nilai tersebut bukan sekadar slogan, melainkan harus diwujudkan dalam perilaku kerja sehari-hari sebagai abdi negara.
“Kita adalah pelayan masyarakat. Maka kita harus responsif, berkualitas, ramah, solutif, dan dapat diandalkan,” tandasnya.
Di akhir materinya, Junda Maulana mengajak seluruh peserta LATSAR CPNS Pemkab Mamuju Tengah untuk menjadikan dirinya agen perubahan, yang mampu membawa wajah birokrasi menjadi lebih profesional, bersih, dan melayani.
“Keberhasilan kita sebagai ASN bukan diukur dari pangkat, tapi dari seberapa besar masyarakat merasakan manfaat kehadiran kita,” tutupnya. (Rls)












