MAJENE- Kepala Lingkungan (Kaling) Baurung, Abdul Rahman memberikan apresiasi terhadap upaya rakyat dalam pembuatan tambatan kapal biasa disebut kalor, Minggu 11 Mei 2025.
Lokasi tambatan perahu kini dijadikan pelindung perahu nelayan di Baurung, sebelumnya berstatus kalor sendiri dan sudah pernah dilakukan pengerukan beberapa tahun silam.
Namun, lama kelamaan kerukan dasarnya dikikis ombak saat musim timur jadi kembali tertimbun dan tidak dapat dimanfaatkan oleh nelayan.
Ia sampaikan, swadaya para nelayan dalam pembuatan tambatan perahu merupakan inisiasi mereka untuk membuat perlindungan perahu saat musim timur datang.
Baurung sampai Barane dikenal menjadi langganan ombak saat musim timur dan para nelayan memarki perahu mereka memilih meninggalkan Baurung lantaran tidak aman oleh ancaman ombak.
“Mereka memilih memilih berlindung dibalik ujung Dato dan memarki perahu mereka disana,” ungkap Kaling Baurung.
Dibeberapa berita sebelumnya, hasil swadaya pembuatan perahu milik nelayan Baurung dianggap pembangunan jetty dan pelabuhan sandar ikut direspon.
Ia katakan, kalau disebutkan pembangunan jetty atau jembatan sandar tentu sangat keliru. Apalagi, jarak bibir pantai antar kedalaman sangat cukup jauh dan memiliki kedangkalan laut lebar.
“Jika dipikirkan tambatan perahu hasil swadaya nelayan dianggap jetty atau pelabuhan sandar keliru besar,” ujarnya Abdul Rahman.
Ia menjelaskan, timbunan menjulang kedepan dan membentang didepan justru hasil kerukan tambatan perahu. Itu sengaja dibuat gundukan untuk dijadikan pemecah ombak agar perahu nelayan tidak terancam.
“Sebenarnya, masih kurang luas karena beberapa perahu nelayan belum dapat masuk untuk memparkir perahu mereka,” jelasnya.
Abdul Rahman, merupakan Kepala Lingkungan (Kaling) Baurung justru mengapresiasi para nelayan lantaran dapat membangun tambatan perahu disebut kalor melalui swadaya tanpa mengharapkan anggaran negara. (rls/as)